Langsung ke konten utama

Pembuktian Validitas argumen


• Pada umumnya argumen deduktif yang benar
diartikan sebagai argumen yang mempunyai
premis-premis yang benar. Anggapan
demikian tidaklah selalu tepat, sebab banyak
argumen yang premis dan konklusinya benar,
namun merupakan argumen deduktif yang
salah, sebaliknya ada argumen deduktif yang
benar tetapi makna atau isi premis dan
konklusinya salah.

Contoh 1
• Jakarta ibukota Indonesia
• Ada bintang film senang kawin-cerai
• Jadi, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.
Ternyata premis-premis dan konklusinya
benar, namun argumen tersebut jelaslah
salah, sebab konklusinya tak mengikuti
premis-premisnya secara logis. Dengan kata
lain, premis-premisnya tak mengakibatkan
terjadinya konklusi.

Contoh 2
• Semua bilangan imajiner adalah bilangan
kompleks
• 2 adalah bilangan imajiner
• Jadi, 2 adalah bilangan kompleks
Argumen ini merupakan argumen deduktif yang
benar, walaupun mempunyai premis yang salah,
yakni “2 adalah bilangan imajiner”.
Argumen deduktif yang benar biasanya disebut
argumen valid.

Catatan
• Sebuah deduksi yang baik tidaklah selalu
merupakan deduksi yang pernyataan-pernyataan
pembentuknya benar.
• Deduksi yang valid diartikan sebagai deduksi yang
baik atau tepat, tanpa memandang kebenaran
atau kesalahan pernyataan-pernyataan
pembentuknya.
• Sebuah argumen deduktif dikatakan valid, jika
konklusinya merupakan akibat logis dari premispremisnya.

Perhatikan contoh berikut
1) Semua manusia adalah mahluk hidup
Romianti adalah manusia
Jadi, Romianti adalah mahluk hidup
2) Semua bidadari adalah bangsa Yunani
Romianti adalah bidadari
Jadi, Romianti adalah bangsa Yunani
Kedua argumen tersebut merupakan argumen
yang valid, walaupun premis-premis pada
argumen 2) salah.

• Representasi pada contoh di atas dapat kita ganti
dengan :
Semua A adalah B
C adalah A
Jadi, C adalah B
• Bentuk argumen pada contoh di atas merupakan
serangkaian simbul yang berisi variabel pernyataan,
sehingga jika pernyataan lain disubstitusikan pada
variabel pernyataan tersebut, hasilnya merupakan
sebuah argumen.
• Argumen hasil substitusi ini disebut “substitution
instance” (argumen hasil) dari bentuk argumen itu.

• Argumen invalid (yang tidak valid) mempunyai
paling sedikit satu substitution instance dengan
premis-premis yang benar dan sebuah konklusi
yang salah.
• Sedangkan argumen yang valid tak mempunyai
satupun substitution instance yang premispremisnya benar tetapi konklusinya salah.
• Jadi untuk mengetahui argumen yang valid, kita
dapat menunjukkan bahwa argumen tersebut
mempunyai bentuk yang sama dengan argumen
yang valid.

contoh
• Apakah argumen berikut valid ?
Romianti ada di Bandung atau di Jakarta
Romianti tidak ada di Bandung
Jadi Romianti ada di Jakarta
Argumen ini merupakan argumen deduktif yang
valid, dengan representasi simbulnya adalah :
A atau B
Bukan A
Jadi, B

• Argumen di atas dapat diubah menjadi ;
A B
AB
• Secara spesifik argumen tersebut dinyatakan
dengan ;
p q
pq

• Cara lain untuk mengetahui validitas argumen
deduktif adalah dengan cara penggunaan tabel
kebenaran. Sebelum menggunakan tabel
kebenaran, kita harus mencari dulu bentuk
pernyataan kondisional yang berkorespondensi
dengan argumen tersebut.
• Setiap pernyataan yang berbentuk pernyataan
kondisional selalu berkorespondensi dengan
sebuah argumen. Premis-premis argumen
tersebut sebagai antisedennya, sedangkan
konklusi argumen merupakan konsekuennya.
Baca Juga :argumen dan metode deduksi
Contoh 1
• Misalkan kita mempunyai argumen berikut :
pq
p
Argumen ini berkorespondensi dengan pernyataan
kondisional (p q) p
Selanjutnya kita buktikan dengan tabel kebenaran,
apakah pernyataan (p q) p merupakan tautologi
atau bukan.
Jika merupakan tautologi, berarti argumen yang kita
buktikan termasuk valid.

Contoh 2
• Tentukan pernyataan kondisional yang
berkorespondensi dengan argumen berikut ;
q r
p q
p r
jawab
pernyataan yang berkorespondensi dengan
argumen tersebut adalah ;
[(q r) (p q)] (p r)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

metode goresan atau spread plate method

metode goresan atau spread plate method proses penanaman bakteri hanya dilakukan di permukaan bakteri saja.Teknik ini menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan metode ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh, karena goresan hanya dilakukan di permukaan media saja. pada metode goresan atau spread plate, bakteri hanya tumbuh pada permkaan media yang digores saja, sementara pada metode cawan tuang atau pour plate, bakteri tumbuh tidak hanya di permukaan media saja tetapi diseluruh bagian media. Dalam melakukan teknik goresan harus memperhatikan beberapa hal berikut ini, antara lain: 1. Gunakan jarum ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan media. Jarum ose yang masih panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme di bekas gores...

Prosedur Uji Salmonella

Prosedur Uji Salmonella Untuk melakukan deteksi cemaran Salmonella pada produk makanan, ada beberapa metoda yang direkomendasikan untuk digunakan oleh industri maupun laboratorium analisa lainnya. Salah satunya adalah metoda yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Internasional, yaitu Standar ISO 6579 : 2002 Microbiology of food and animal feeding stuffs -- Horizontal method for the detection of Salmonella spp. Dalam metoda ISO 6579 : 2002 ini terdiri dalam tiga tahapan, tahap pertama adalah pre-enrichment, tahap kedua adalah selective enrichment, dan tahap ketiga adalah isolasi pada media agar selektif. Tahap pre enrichment menggunakan media kultur cair yaitu Buffered Peptone Water (BPW). Pre-enrichment pada media kultur cair berfungsi untuk memperbaiki kondisi bakteri yang injured.Tahapan kedua adalah melakukan selective enrichment pada 2 jenis media kultur cair, yaitu Rappaport Vassiliadis Salmonella Enrichment Broth (RVS) dan Muller Kaufman Tetrathionate Novobiocin...

Penelitian Ditinjau dari Cara Pembahasannya

Penelitian Ditinjau dari Cara Pembahasannya Penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penelitian deskriptif dan penelitian inferensial. a. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang melukiskan, memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu keadaan, objek, atau peristiwa secara apa adanya. b. Penelitian inferensial, yaitu tidak hanya melukiskan peristiwa saja, tetapi juga menarik kesimpulan umum dari masalah yang diteliti.